Jumat, 31 Januari 2014

Softskill 28



Pantai Anyer


    Pagi hari itu saya mendapat kabar dari seorang teman, bahwa, liburan semester 2 ini akan diadakan tur ke pantai Anyer. Saya tentu saja sangat antusias menyambutnya, karena liburan kali ini akan menjadi suatu pengalaman yang luar biasa bersama mereka. Terlebih di semester 3 sampai semester akhir kami akan b0erpisah karena sistem perkuliahan kampus mengaturnya demikian. “Huhu.. Sedih juga sih ya harus berpisah, kan sudah setahun lebih kita bareng-bareng.” Ujar seorang teman kepada saya. 

   Akhirnya hari yang dinanti pun tiba, tanggal 31 Mei 2012 setelah UTS selesai, kami  berangkat dengan menaiki bus TNI. Tidak sedikit teman saya yang protes terhadap mobil yang akan mengantar kami ke tempat tujuan. “Hah!? Bus TNI!? Gak ada mobil yang lain apa selain itu?” Kata teman perempuan yang tidak mau disebutkan namanya. “Hahaha. Enakan naik ini lah Yul, kan bisa bebas hambatan tuh kalo kena macet.” Aku Ica. “Udahlah syukurin aja Yul, daripada enggak dapet kendaraan, lu emang mau naik Getek ke Anyer!? Gue sih enggak mau.” Ujar Robi meledek. “Iya deh iya, gue setuju-setuju aja deh, yang penting kita bisa liburan bareng-bareng.” Ayul pun mengalah sambil tersenyum kuda.

   Perjalanan pun dimulai, didalam bus kita semua bersenda gurau satu sama lain, ada yang main gitar, makan, minum, bengong, tidur, saya sendiri memilih untuk melihat-lihat jalanan sekitar Jakarta di bus bagian belakang yang saat itu tengah gerimis kecil dan terjadi kemacetan. “Oh, kapan kota saya ini bisa bebas dari kemacetan?” Kata saya dalam hati. Tidak terasa perjalanan ini sudah mencapai setengahnya. Jam sudah menunjukkan waktu 11.45 WIB kami pun berhenti di rest area terdekat untuk istirahat dan salat zuhur. 

   Tepat pukul 13.00 WIB kami melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuan, dan suasana didalam mobil juga sama seperti pada saat kami berangkat, semua saling bercengkarama, nyanyi-nyani lagu yang sedang nge-hits. Tiba-tiba ada suara yang mengejutkan saya “Sef, sinilah gabung, kita main gitar bareng.” Kata Iqbal. “Iya Bal, gue lagi liat pemandangan di tol nih, hahaha.” Ujar saya. “Emang ada apaan di tol, Sef? -__-“ Robi memotong pembicaraan. “Banyak Rob, ada rumah berjejeran, hahaha.” Kata saya. “Ahhh.. Enggak asik lu.” Kata Robi sambil menyanyikan kembali lagu dangdut koplo favoritnya.

   Namun saat perjalanan dirasa akan cepat sampai tujuan, bus yang kami tumpangi tiba-tiba tersendat di tengah jalan tol yang lumayan sepi dari kendaraan lain, sontak saja, supir langsung mengambil arah ke kiri untuk memberhentikan kendaraannya agar tidak mengganggu pengguna mobil yang akan lewat. Rupanya bus kami mengalami masalah pada bagian mesin, sialnya supir dan kernet tidak membawa alat-alat untuk memperbaiki kerusakan seperti ini. Kami sempat kecewa karena perjalanan terhenti akibat bus yang mogok. Hari semakin menampakkan senjanya, sebagian dari kami ada yang berupaya untuk membuat bus bisa menyala kembali, dengan mencoba mendorongnya. “Satu, dua, tigaaaa...” Teriak salah seorang teman. “Aduhh.. ko enggak nyala-nyala ya nih bus?” Kata Fandi. “Duuh.. masa mau disini terus sih, kapan kita sampe nih!! Kan gue mau mandi.” Ujar Mirsad, yang sedari pagi memikirkan kolam renang di penginapan.

   Akhirnya Pak supir dan kernetnya pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan akan dilanjutkan, tapi tidak dengan bus. “Lho.. Terus naik apa?” Pak kernet kemudian menyuruh kami semua untuk menurunkan  semua barang-barang yang ada di bus, dia kemudian pergi ke perumahan di sebelah jalan tol ini. Karena perumahan itu hanya di batasi dengan tembok yang sudah agak hancur, jadi sangat mudah untuk dilewati tanpa harus memanjat. Satu-persatu dari kami bergegas karena hari yang sudah kunjung malam.

   Dan ternyata, Pak supir sudah menyewakan 4 mobil mikrolet berukuran sedang untuk mengantarkan ke penginapan. Kami lumayan lega, karena tidak disangka supir akan cepat mendapatkan mobil pengganti. Tanpa basa-basi satu-persatu barang dinaikkan ke dalam mikrolet, setelah semuanya selesai kami langsung memulai perjalanan lagi yang sempat tertunda selama kurang lebih 1 jam. Perjalanan dimulai dengan melewati kampung sekitar yang masih sangat asri di malam hari dan tidak banyak aktifitas kendaraan yang ada seperti di kota Jakarta. “Hooo.. tenang banget suasana di kampung ini.” Ujar saya sambil melihat persawahan yang tidak begitu jelas karena hari sudah malam.

      Aktifitas di dalam mobil pun tidak banyak karena sebagian orang di mikrolet yang saya tumpangi ini kebanyakan teman perempuan, laki-laki hanya ada saya dan dua orang teman, mereka hanya tertunduk lelah, sebagian ada yang tertidur pulas. “Kasihan juga ya yang perempuan jadi kecapean begini.” Kata saya kepada Ichsan. “Iya Sef, mereka kan enggak menduga bakal kayak gini perjalanannya.” “Hehe, yang penting bisa selamat sampai tujuan kan.” “Iya, yang penting mah kebersamaannya, Sef.” Kata Ichsan yang mulai mengantuk seperti orang yang sedang di hipnotis oleh Uya Kuya.

    Tanpa terasa 1 jam lebih terlewati, akhirnya pada pukul 21.10 WIB kami tiba di tempat tujuan yaitu Penginapan Adrian. Satu-persatu barang-barang mulai diturunkan dari mobil untuk dibawa masuk ke penginapan, wajah-wajah tanpa beban pun mulai terlihat, teman saya yang sedari tadi tidur dan yang puasa berbicara pun langsung senang ketika tahu bahwa dia sudah sampai di tujuan. Kami langsung membayar mikrolet yang sudah disewakan oleh Pak supir tadi dan mereka kembali pulang. “Woi, kita berenang yuk!! Gerah nih gara-gara di mikrolet terus.” Ujar Michael alias Jackson alias Mirsad. “Gila lu, baru banget nyampe masa udah mau berenang aja.” Kata Feri, yang baru muncul dari atap penginapan. Setelahnya kami langsung masuk ke kamar masing-masing dan merencanakan acara yang akan diadakan esok.

  Keesokannya, kami pergi ke tempat tujuan berlibur yaitu Pantai Anyer, pemandangan disana sangatlah luar biasa, laut nya yang masih biru, pasir pantai yang putih bersih, dan ombak besar yang cocok untuk peselancar pemula seperti saya. Sebagian ada yang bermain bola pantai, ada yang berenang di bibir pantai dan ada pula yang bergalau-ria di bawah pohon kelapa sambil memandang ke langit berwarna biru yang diakibatkan pantulan cahaya matahari ke laut. Celotehan pun terdengar “Guys, kita naik Banana Boat yuk!” “Yuk yuk, kapan lagi kita bisa naik Banana Boat, di Ancol kan enggak ada.” “Yaudah, bilang ke Mas-mas nya cepet.” Beberapa teman akhirnya memutuskan untuk naik Banana Boat yang konon katanya sensasinya tidak kalah mengasyikan dengan wahana air yang ada di Dufan. Dan benar saja, teman saya pun ada yang sampai 3 kali naik Banana Boat karena sensasinya yang dapat mengobati hati dia yang sedang galau ditinggal oleh pacarnya.

    Matahari pun seakan enggan untuk memancarkan sinarnya lagi seperti yang dia lakukan beberapa jam yang lalu. Ya, hari sudah sore, senja pun akan berganti menjadi malam. Sudah waktunya kami kembali ke penginapan, untuk mengistirahatkan badan yang seakan tidak mau diistirahatkan ini dari berbagai aktifitas yang sudah dialaminya seharian penuh. “Keren nih liburan! Gue enggak akan lupain hari ini, Bro.” Ujar seorang teman yang sangat bersemangat.

   Hari ini kami bersiap untuk pulang, banyak dari sebagian teman mengatakan betapa cepatnya liburan ini berakhir, tidaklah adil apabila kebahagiaan yang sederhana ini berlalu begitu cepat. Saya berharap persahabatan ini tidak cepat berakhir seperti sepasang kekasih yang terkendala oleh jauhnya jarak percintaan mereka. Saya berharap persahabatan yang saling menyayangi seperti sayang orang tua terhadap anaknya. Akhirnya kita berpisah kawan setelah 1 tahun bersama, semoga kalian sehat selalu. “Karena Akhir Adalah Permulaan.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar