BADAI
HAIYAN DI FILIPINA
Topan Haiyan beberapa waktu lalu
meluluhlantahkan daratan Filipina. Palang Merah Filipina melansir data korban
tewas akibat terjangan angin terhebat di dunia, itu mencapai lebih dari 1200
orang. Angka itu lebih dari sepuluh kali lipat jumlah korban yang dilaporkan
pihak berwenang lokal.
Angin topan Haiyan merupakan topan terganas yang
pernah tercatat di muka bumi. Angin dengan kategori bahaya tingkat lima ini
memiliki kecepatan laju sekitar 315 kilometer per jam. Hampir semua bangunan
gedung, rumah dan fasilitas public lainnya di kota berpenduduk 220 ribu jiwa
itu hancur porak poranda. Topan Haiyan ini mulai menerjang Filipina pada 3
November lalu, dan terus membesar pada 5 November. Puncak keganasan Topan ini
terjadi pada 7 hingga 8 November. Lalu apa dampak Topan Haiyan pada Indonesia?
Staf Sub Bidang Siklon Tropis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Zaskia, mengatakan dampak Haiyan hanya terasa di Indoneisia pada saat topan itu
melanda Filipina sementara sekarang, pantauan satelit Topan tersebut sudah
punah.
“Dampaknya
hanya terasa pada saat topan melanda pada 3 sampai 7 dan 8 November lalu. Tapi
bukan dampak langsung, karena kebetulan, Haiyan tidak melintasi Indonesia.”
Ujarnya. Dia menjelaskan, topan ini hanya melintasi Samudera Pasifik sebelah
barat laut, tepatnya di sebelah barat Filipina atau utara Papua, lalu melewati Filipina
dan sampai ke daratan Cina Selatan. Oleh karena itu, dia melanjutkan, dampak
secara langsung tidak ada. Namun dampak tidak langsung cukup terasa, misalnya
masa udara di Indonesia banyak yang tertarik oleh Haiyan.
Tak
hanya merusak sejumlah wilayah di Filipina, hantaman badai Haiyan juga
mengguncang perekonomian Negara tersebut. Hebatnya, Filipina tak punya niat
berutang untuk mendanai rekonstruksi sejumlah wilayah yang hancur disapu badai.
Seperti dikutip dari Bloomberg, badai Haiyan yang terjadi sabtu pecan lalu
menghantam 41 Provinsi dan meratakan lebih dari 150 ribu rumah di Filipina. Tak
hanya pemukiman warga, akses jalan dan infrastruktur lainnya juga rusak parah
akibat hantaman badai tersebut.
Sementara itu, Bendahara Filipina Rosalia de
Leon mengungkapkan, negaranya tak berniat menjual surat utang (obligasi) untuk
mendanai proses pembangunan kembali sejumlah wilayah yang hancur karena badai.
Dalam pesan singkatnya, dia dengan mantap menyatakan Negara memiliki cukup
modal untuk membangun kembali Filipina. Dari prediksi total kerugian tersebut,
Filipina hanya bisa menerima biaya asuransi sekitar 10% - 15%. Sementara saat
badai Sandy menerpa Amerika Serikat (AS), Negara adidaya itu menerima dana
asuransi sebesar 50% dari total kerugiannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar