PENYADAPAN
PEJABAT INDONESIA OLEH AUSTRALIA
Kepala
Badan Intelijen Negara, BIN, Marciano Norman mengatakan, Australia telah
melakukan penyadapan percakapan telepon sejumlah pemimpin Indonesia dalam kurun
waktu 2007-2009. “Penyadapan ini memang yang terbuka 2007-2009, tetapi dari
informasi yang kita terima bahwa ada data-data yang terjadi pelanggaran pada
kurun waktu itu,” kata Kepala BIN Marciano Norman kepada wartawan di Jakarta.
Lebih
lanjut Marciano Norman mengatakan, BIN telah melakukan koordinasi dengan badan
intelijen Australia. “Badan Intelijen Negara sudah berkomunikasi langsung
dengan Badan Intelijen Australia. Dan dalam komunikasi kami sekarang dan
kedepan, tidak ada lagi penyadapan itu.” Kata Marciano. Dugaan penyadapan
Australia, diduga dilakukan setidaknya sepanjang 15 hari pada tahun 2009,
menurut sejumlah media di Australia dan inggris.
Penyadapan
ini diduga dilakukan aparat intelijen Australia terhadap para penjabat tinggi
termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta ibu Negara Ani Yudhoyono.
Indonesia bereaksi keras dengan memanggil pulang Duta Besar Najib Riphat dari
Canberra, sementara SBY juga meluapkan kejengkelan dengan serangkaian kicauan
di Twitter karena insiden ini. Presiden Yudhoyono mengatakan, Indonesia
menyatakan tengah mengkaji ulang hubungan kerja sama dengan Australia setelah
muncul insiden ini. Sejumlah kalangan meminta agar Indonesia melakukan tindakan
lebih tegas terhadap Australia.
Berita penyadapan sudah muncul sejak
bulan lalu saat rangkaian informasi yang dibawa Edward Snowden, pekerja kontrak
intelijen AS, mulai muncuk di berbagai media internasional termasuk menyangkut
posisi Indonesia. Dalam pemberitaan itu antara lain disebut AS dan Australia
memata-matai sejumlah pejabat Indonesia dengan menyadap percakapan telepon
mereka termasuk melalui kedutaannya di Jakarta. Reaksi Indonesia menjadi sangat
keras setelah muncuk daftar pejabat yang direkam pembicaraannya termasuk ibu
Negara Kristiani Yudhoyono.
Dugaan
bahwa Canberra memata-matai pemimpin Indonesia dan istrinya telah memicu
demonstrasi anti-Australia di Jakarta dan mulai merusak hubungan ekonomi.
Perusahaan Indonesia, PT Rajawali Nusantara Indonesia menangguhkan pembicaraan
dengan peternak sapi Australia karena isu ini. Sementara itu, Menteri Pertanian
Australia Barnaby Joyce mengatakan dia juga menunda kunjungannya ke Indonesia
akibat kasus ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar