Senin, 30 Desember 2013

Softskill 13



PENYADAPAN PEJABAT INDONESIA OLEH AUSTRALIA


     Kepala Badan Intelijen Negara, BIN, Marciano Norman mengatakan, Australia telah melakukan  penyadapan percakapan telepon sejumlah pemimpin Indonesia dalam kurun waktu 2007-2009. “Penyadapan ini memang yang terbuka 2007-2009, tetapi dari informasi yang kita terima bahwa ada data-data yang terjadi pelanggaran pada kurun waktu itu,” kata Kepala BIN Marciano Norman kepada wartawan di Jakarta.

      Seperti dilaporkan wartawan BBC Indonesia, Andreas Nugroho yang berada di Istana Merdeka, Marciano Norman hari ini mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk bertemu Dubes Indonesia untuk Australia, Najib Riphat, menyusul pemanggilan pulang dirinya dari Australia. Pemulang Dubes Indonesia untuk Australia ini dilakukan Indonesia menyusul dugaan penyadapan komunikasi Presiden Yudhoyono oleh Australia.



    Lebih lanjut Marciano Norman mengatakan, BIN telah melakukan koordinasi dengan badan intelijen Australia. “Badan Intelijen Negara sudah berkomunikasi langsung dengan Badan Intelijen Australia. Dan dalam komunikasi kami sekarang dan kedepan, tidak ada lagi penyadapan itu.” Kata Marciano. Dugaan penyadapan Australia, diduga dilakukan setidaknya sepanjang 15 hari pada tahun 2009, menurut sejumlah media di Australia dan inggris.
 

      Penyadapan ini diduga dilakukan aparat intelijen Australia terhadap para penjabat tinggi termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta ibu Negara Ani Yudhoyono. Indonesia bereaksi keras dengan memanggil pulang Duta Besar Najib Riphat dari Canberra, sementara SBY juga meluapkan kejengkelan dengan serangkaian kicauan di Twitter karena insiden ini. Presiden Yudhoyono mengatakan, Indonesia menyatakan tengah mengkaji ulang hubungan kerja sama dengan Australia setelah muncul insiden ini. Sejumlah kalangan meminta agar Indonesia melakukan tindakan lebih tegas terhadap Australia.

     Berita penyadapan sudah muncul sejak bulan lalu saat rangkaian informasi yang dibawa Edward Snowden, pekerja kontrak intelijen AS, mulai muncuk di berbagai media internasional termasuk menyangkut posisi Indonesia. Dalam pemberitaan itu antara lain disebut AS dan Australia memata-matai sejumlah pejabat Indonesia dengan menyadap percakapan telepon mereka termasuk melalui kedutaannya di Jakarta. Reaksi Indonesia menjadi sangat keras setelah muncuk daftar pejabat yang direkam pembicaraannya termasuk ibu Negara Kristiani Yudhoyono.

      Disamping itu PM Australia Tony Abbott mengatakan bahwa dia telah menulis surat balasan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai insiden penyadapan yang membuat hubungan dua Negara merenggang. “Saya telah menulis kepada Presiden SBY dan surat itu sekarang sedang dalam pengiriman.” Kata Abbott seperti dilansir Reuters. Dia menekankan pentingnya hubungan dengan Indonesia dan menyadari dampak buruk dari tuduhan penyadapan itu. “Sekarang tentu saja, aka nada hari-hari yang baik dan yang lebih baik,” kata Abbott tentang hubungan dua Negara ini. Abbott, berbicara kepada wartawan di Sydney, mengatakan ia telah menjawab surat dari pemimpin Indonesia, tetapi ia tidak memberikan detail isinya.

    Dugaan bahwa Canberra memata-matai pemimpin Indonesia dan istrinya telah memicu demonstrasi anti-Australia di Jakarta dan mulai merusak hubungan ekonomi. Perusahaan Indonesia, PT Rajawali Nusantara Indonesia menangguhkan pembicaraan dengan peternak sapi Australia karena isu ini. Sementara itu, Menteri Pertanian Australia Barnaby Joyce mengatakan dia juga menunda kunjungannya ke Indonesia akibat kasus ini.

      Mantan PM Julia Gillard mengatakan kepada CNN bahwa Abbott, bisa meniru cara Presiden Barack Obama mengatasi tuduhan yang mirip, yaitu dugaan penyadapan kepada kanselir Jerman Angela Merkel. Indonesia merupakan Negara tujuan impor produk pertanian Australia seperti gandum dan ternak, disisi lain Australia menjadi 10 besar Negara ekspor Indonesia.




 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar