TIMNAS
U-19: HARAPAN MASYARAKAT INDONESIA
Tim
nasional sepak bola U-19 Indonesia adalah tim nasional sepak bola yang
berisikan para pemain di bawah usia 19 tahun, yang mewakili Indonesia pada
sepak bola internasioanal. Tim ini berada di bawah kendali Persatuan Sepak bola
Seluruh Indonesia (PSSI). Pada kejuaraan Remaja U-19 AFF 2013, Indonesia untuk
pertama kalinya berhasil menjadi juara setelah mengalahkan Vietnam melali adu
penalti.
Harapan dan dukungan untuk berhasilan Timnas U19
digelaran putaran final Piala Asia U19 bukan saja dari PSSI, masyarakat pecinta
bola tetapi juga dari para punggawa Timnas di Piala Dunia 1979 di Jepang. Saat
itu memang Indonesia pertama kali lolos ke Piala Dunia Yunior dengan status
peringkat ke-4, dan menggantikan peringkat ketiga Korea Utara yang tidak
diijinkan mengikuti Piala Dunia Yunior. Saat itulah Bambang Nurdiansyah dan
kawan-kawan pertama kali merasakan atmosfir Piala Dunia Yunior dan berhadapan
dengan calon mega bintang Diego Maradona saat Timnas dikalahkan Argentina 0-6.
Kini
para punggawa timnas di Piala Dunia Yunior 1979 berharap Evan Dimas dan
kawan-kawan mampu menorehkan prestasi lebih gemilang lagi sebagaimana yang
pernah terjadi di 1979 dengan lolos sebagai yang terbaik di putaran final yang
akan diselenggarakan di Myanmar tahun depan.
Saat
yang senior tak kunjung berprestasi, maka ketika sekumpulan remaja ini
mempertontonkan permainan dan semangat bertarung yang menawan, mimpi dan
harapan itu pun dipindahkan ke timnas U-19. Sampai beberapa bulan lalu, tak
banyak orang yang tidak tahu siapa Evan Dimas, Ilham Udin Armaiyn, Maldini
Pali, tentu saja, karena mereka tidak beredar di kompetisi lokal yang mengusung
cap professional, yang lumrahnya mendapatkan ekspos besar dari media, dan dari
mana pemain-pemain diserap.
Anak-anak
muda itu mereka baru beberapa tahn melepas statusnya sebagai ABG adalah
anak-anak SSB, pemain-pemain amatir, berasal dari berbagai daerah, serta jauh
dari gambaran pemain sepakbola adalah profesi yang mapan secara ekonomi. Evan
sang kapten, misalnya, ayahnya bekerja sebagai satpam sebuah pusat perbelanjaan
atau Muhammad Factur Rohman yang ayahnya berjualan pakaian atau Maldini Pali
yang orangtuanya “Cuma” PNS, atau kiper Ravi Mudianto yang ayahnya bekerja
sebagai sopir mobil Box Sales alat tulis.
Latar belakang keluarga selalu menjadi cerita
menarik untuk diketahui, walaupun sejatinya bukan itu yang dicari oleh
masyarakat Indonesia
penggila sepakbola. Yang mereka tahu, sampai bulan lalu, anak-anak muda itu
ternyata memperlihatkan sesuatu yang menjanjikan, yang selama ini entah terbang
ke mana dari dunia sepakbola di tanah air. PRESTASI. Timnas U-19 ini harus
diakui memang sangat menjanjikan. Kalangan pengamat maupun masyarakat awam
bersepakat bahwa tim ini bisa bermain, baik secara fisik maupun taktik. Pelatih
Indra Sjafri, yang dikenal gemar blusukan ke pelosok-pelosok untuk mencari
pemain muda berbakat, layak diberi credit point dalam hal ini.
Harus
diakui, kecintaan masyarakat Indonesia
pada timnasnya sungguh luar biasa, dan sering kali bikin geleng-geleng kepala.
Pada sebagian orang, harapan untuk melihat timnas jadi juara tak pernah padam
betapapun berkali-kali itu pula mereka mesti kecewa. Maka timnas U-19 ini
seperti oasis di gurun pasir, laksana matahari jam setengah enam pagi, yang
dating untuk menyirnakan kegelapan malam.
Dan
semoga kita bisa memelihara bibit-bibit berprestasi dengan baik calon-calon
pemain masa depan Indonesia
ini. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar