Senin, 18 November 2013

Softskill 11

TIMNAS U-19: HARAPAN MASYARAKAT INDONESIA


     Tim nasional sepak bola U-19 Indonesia adalah tim nasional sepak bola yang berisikan para pemain di bawah usia 19 tahun, yang mewakili Indonesia pada sepak bola internasioanal. Tim ini berada di bawah kendali Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI). Pada kejuaraan Remaja U-19 AFF 2013, Indonesia untuk pertama kalinya berhasil menjadi juara setelah mengalahkan Vietnam melali adu penalti.

     Harapan dan dukungan untuk berhasilan Timnas U19 digelaran putaran final Piala Asia U19 bukan saja dari PSSI, masyarakat pecinta bola tetapi juga dari para punggawa Timnas di Piala Dunia 1979 di Jepang. Saat itu memang Indonesia pertama kali lolos ke Piala Dunia Yunior dengan status peringkat ke-4, dan menggantikan peringkat ketiga Korea Utara yang tidak diijinkan mengikuti Piala Dunia Yunior. Saat itulah Bambang Nurdiansyah dan kawan-kawan pertama kali merasakan atmosfir Piala Dunia Yunior dan berhadapan dengan calon mega bintang Diego Maradona saat Timnas dikalahkan Argentina 0-6.

     Kini para punggawa timnas di Piala Dunia Yunior 1979 berharap Evan Dimas dan kawan-kawan mampu menorehkan prestasi lebih gemilang lagi sebagaimana yang pernah terjadi di 1979 dengan lolos sebagai yang terbaik di putaran final yang akan diselenggarakan di Myanmar tahun depan. 

   Saat yang senior tak kunjung berprestasi, maka ketika sekumpulan remaja ini mempertontonkan permainan dan semangat bertarung yang menawan, mimpi dan harapan itu pun dipindahkan ke timnas U-19. Sampai beberapa bulan lalu, tak banyak orang yang tidak tahu siapa Evan Dimas, Ilham Udin Armaiyn, Maldini Pali, tentu saja, karena mereka tidak beredar di kompetisi lokal yang mengusung cap professional, yang lumrahnya mendapatkan ekspos besar dari media, dan dari mana pemain-pemain diserap. 

    Anak-anak muda itu mereka baru beberapa tahn melepas statusnya sebagai ABG adalah anak-anak SSB, pemain-pemain amatir, berasal dari berbagai daerah, serta jauh dari gambaran pemain sepakbola adalah profesi yang mapan secara ekonomi. Evan sang kapten, misalnya, ayahnya bekerja sebagai satpam sebuah pusat perbelanjaan atau Muhammad Factur Rohman yang ayahnya berjualan pakaian atau Maldini Pali yang orangtuanya “Cuma” PNS, atau kiper Ravi Mudianto yang ayahnya bekerja sebagai sopir mobil Box Sales alat tulis. 


     Latar belakang keluarga selalu menjadi cerita menarik untuk diketahui, walaupun sejatinya bukan itu yang dicari oleh masyarakat Indonesia penggila sepakbola. Yang mereka tahu, sampai bulan lalu, anak-anak muda itu ternyata memperlihatkan sesuatu yang menjanjikan, yang selama ini entah terbang ke mana dari dunia sepakbola di tanah air. PRESTASI. Timnas U-19 ini harus diakui memang sangat menjanjikan. Kalangan pengamat maupun masyarakat awam bersepakat bahwa tim ini bisa bermain, baik secara fisik maupun taktik. Pelatih Indra Sjafri, yang dikenal gemar blusukan ke pelosok-pelosok untuk mencari pemain muda berbakat, layak diberi credit point dalam hal ini.

   Harus diakui, kecintaan masyarakat Indonesia pada timnasnya sungguh luar biasa, dan sering kali bikin geleng-geleng kepala. Pada sebagian orang, harapan untuk melihat timnas jadi juara tak pernah padam betapapun berkali-kali itu pula mereka mesti kecewa. Maka timnas U-19 ini seperti oasis di gurun pasir, laksana matahari jam setengah enam pagi, yang dating untuk menyirnakan kegelapan malam. 

          Dan semoga kita bisa memelihara bibit-bibit berprestasi dengan baik calon-calon pemain masa depan Indonesia ini. Semoga!






 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar